Saat ini keberadaan masjid diindonesia sebenarnya sudah lebih dari cukup, tetapi seperti diketahui bersama saat ini masjid hanya seperti menjadi sebatas kebanggaan dan bermegah megahan saja dengan bangunan masjid padahal yang lebih penting dari membangun masjid adalah dengan membangun orang-orang yang memakmurkan masjid.
“Saat ini masjid sedang mengalami Krisis seperti kepengurusan, Krisis khotib, Krisis remaja masjid, Krisis keterlibatan jamaah, Krisis program dan sarana , Krisis keuangan Krisis manajemen dan administrasi Krisis rasa memiliki dan Krisis persatuan antar sesama jamaah” Demikian kata Ustadz Diding Darmudi LC, M.Si dalam Bedah kampung Ramadhan Masjid Jogokariyan yang digelar oleh Jaringan Pemuda & Remaja Masjid Indonesia (JPRMI) Kota Semarang & Ikatan Da’I Indonesia (IKADI) Kota Semarang Jogjakarta Kamis (6/6) di Hotel Simpang Lima Jalan Ahmad Yani Semarang .
Menurut ketua Ikatan Da’i Indonesia (IKADI) Kota Semarang tersebut Masjid selain menjadi sarana ibadah, pada zaman Rosululloh Masjid juga bisa berfungsi sebagai Pusat kegiatan dan pemberdayaan sosial. Tempat penampungan fakir miskin (ahlu suffah) untuk berlindung dan tinggal sampai memberikan solusinya. Selain itu juga sebagai Pusat informasi, Fungsi peradilan dan bahkan menjadi pusat pemerintahan.
“Oleh karena itu Menjelang Bulan ramadhan yang tinggal sekitar satu bulan lagi, Para Takmir masjid diharapkan bisa mempersiapkan program Kegiatan dibuan Ramadhan secara Produktif kreatif sekaligus rekreatif agar bisa menghidupkan kembali fungsi masjid” Katanya.
Kegiatan bertajuk “Memasjidkan Masyarakat Dan Memasyarakatkan Masjid” tersebut dalam rangka mencontoh Semarak suasana Bulan ramadhan dengan konsep ‘kampoeng Ramadhan’ yang digagas oleh Takmir Masjid Jogokariyan Yogyakarta, dimana mereka menyemarakan dan menghidupkan bulan Ramadhan dengan berbagai variasi acara dan kegiatan yang bersifat religus, produktif sekaligus rekreatif sebagai bentuk syiar dan kegembiraan menyambut Ramadhan.
Seperti dengan “Parade Bedug Keliling Jogja”, “Pasar Sore” di sepanjang Jl Jogokariyan, yang menjajakan aneka makanan-minuman, pakaian, souvenir, pernak-pernik Islami, dan sebagainya yang memanfaatkan berbagai potensi ekonomi warga Jogokariyan dan sekitarnya.
Ustadz Jazir yang juga merupakan Ketua Umum Takmir Masjid Jogokariyan yang hadir sebagai narasumber mengatakan, masjid Harus dikembalikan lagi pada fungsi semula yaitu untuk kemakmuran masyarakat di sekitar masjid. “Masjid kalau isisnya cuma ceramah dan sholat saja maka yang bisa terlibat dalam masjid hanya santri dan kyai saja. tetapi ketika masjid bisa memaksimalkan potensi masyarakat seperti olahraga, komunitas sepeda, seniman dan lainnya maka akan lebih memasyarakat” kata dia.
Dikatakan Jazir, masjid Jogokariyan dibangun dengan semangat saling memiliki, karena dilakukan dengan pendekatan yang humanis, termasuk Pemberdayaan Remaja yang merupakan proses Kaderisasi yang paling efektif untuk meneruskan amanah para orang tua sebagai pengurus masjid.
“Remaja itu harus diberi fasilitas untuk pengembangan diri. Disana Kami mengadakan kegiatan pengembangan diri, seperti pesantren desain grafis dan lainnya karena kami mengajarkan kepada para remaja disana dengan Sukses Study, sukses Ekokomi, Sukses organisasi, Sukses Sosial, dan Sukses Rukhiyahnya”katanya.
Ketua Panitia, Ali Umar Dhani, S.Pt, M.Si mengatakan tindak lanjut dari kegiatan ini adalah dengan mengadakan festival ramadhan kreatif yang mana tujuan dari festival ini diadakan untuk mengaktifkan suasana ramadhan di setiap masjid dengan yang ada di kota Semarang.
“Kegiatan ini diikuti oleh lebih dari 100 peserta yang merupakan takmir, pemuda dan remaja masjid se-kota semarang. Diharapkan Peserta bisa menyemarakan bulan ramadhan dengan kegiatan yang kreatif seperti halnya di masjid Jogokariyan” katanya.