July 10, 2009

Renungan

Sungguh mulia, di saat kita sakit (pisik atau psikis)
ringan atau berat kita masih pandai bersyukur kepada Allah
sebagaimana kita saat sehat. Tak jarang tatkala kita sakit justru
ibadah, kerja dan upaya kita membantu



orang lain menurun.

Berbarengan dengan itu pula, kita jadi pemalas, pemarah dan lupa
berdzikir kepada-Nya. Di saat inilah sebenarnya iman dan Islam kita
diuji Allah. Apakah tatkala sakit kita masih menjadi orang yang
sayang kepada istri, anak, tetangga, sahabat kita? Apakah ketika
sakit kita tetap mampu beribadah dan bekerja sebagaimana kita sehat?


Sakit sebenarnya sesuatu yang biasa, alamiah. Karena itu tak perlu
ditakuti dan dicemaskan. Justru ketika sakit datang, kita harus
menyambutnya dengan rasa suka cita. Lewat sakitlah Allah Sang
Pencipta sakit berkehendak mendidik kita untuk jadi orang yang lemah
lembut, peduli dengan yang lain, banyak berdzikir, hidup sederhana
dan selalu siap dengan sakaratul maut.

Allah Swt. sendiri sangat mencintai terhadap hamba-hamba-Nya yang
selalu sabar dan tabah dalam derita dan sengsara. Karena mereka yang
berani mengalami penderitaan dan kesengasaraan hidup berarti mereka
telah siap berjuang dengan sesungguhnya.

Banyak kisah indah yang perlu kita teladani dalam hidup ini ketika
mengahadapi derita. Bukankah para Nabi Allah hidup penuh dengan
derita pisik dan psikis (mental)? Bukankah mereka yang paling
dahsyat mendapat intimidasi dari kaumnya sendiri? Nabi Nuh As
dicerca, dicemooh kaumnya, Nabi Ibrahim dibakar oleh raja Namrud dan
diusir ayahnya, Azar dan Nabi Muhammad Saw dilempari kotoran,
dicerca, dihina dan diusir kaumnya?

Alangkah agungnya para kekasih Allah itu. Kendati mereka mengalami
cercaan, hinaan hidup, mereka tetap menjadi manusia yang mulia;
bersabar, tetap banyak ibadah, dan selalu berdzikir kepada Allah.

Rasulullah Saw. telah memberi kabar gembira bagi mereka yang tetap
sabar dan tabah saat ditimpa sakit, musibah ataupun derita lainnya.
Bagi mereka adalah ampunan dari-Nya atas dosa-dosa yang
dilakukannya. ?Tidaklah musibah, penyakit, kesengsaraan, kesedihan
dan rasa sakit menimpa seorang muslim, bahkan sampai duri yang
menusuknya, melainkan dengannya Allah akan mengampuni
kesalahan-kesalahannya.? Demikian pesan Nabi mulia itu diriwayatkan
imam Bukhari dan Muslim.

Dalam al-Qur?an, Allah menggambarkan orang-orang yang bersabar
dengan penderitaan sebagai hamba-hamba-Nya yang memperoleh
kebajikan. Mereka inilah orang-orang yang benar imanya (karena telah
teruji) dan mereka inilah kelompok muttaqien yang sesungguhnya (QS.
Al- Baqarah: 177) (Syaifuddin)

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More