December 27, 2010

Memoar 11 tahun silam


Semarang, 19 Desember 2010

Berbincang dengan seorang kawan lama lewat telpon, ah membuat memori ingatanku melayang ke peristiwa sebelas tahun silam...saat itu saya masih berada di bangku SD kelas 4..ada teman kelasku namanya ali lebih lengkap namanya ali sobarudin (gemiyen polar polor..sampai sekarangpun masih polarpolor...) dulu dia biasa dipanggil ali dan sampai sekarang pun masih dipanggil ali bukan sobar bukan udin apalagi handoko ah jelas tidak nyambung. wajahnya yang sangar penuh gairah seperti ingin memangsa siapapun yang mengusiknya, menambah kesan bahwa dia adalah seorang residivis kelas kakap yang sering keluar masuk kantor gara2 nakal karo kancane, tetapi dia masih memiliki hati yang murni dan otak yang sedikit cerdas, terbukti
dia beberapa kali masuk di bursa 10 besar setiap kali nampa rapot.
Kembali saya masih ingat dalam memori yang tiba2 meloncat jauh ke sebuah nama yang saat itu saya kenal bernama anto, sampai sekarangpun namanya tetep anto, anak semata wayang dari mandamad itu telah mendaedikasikan dirinya sebagai orang yang ”wanian” namun hanya kepada orang2 tertentu saja..seperti ali diapun terkenal sedikit suka jahil kepada orang yang berada dibawah level kekuatan politik berkuasa ala anak2 SD pada masa itu namun sedikit banyak perbedaan dengan ali, anto memiliki wajah yang imut seperti perempuan dengan gelang besi tolak bala yang khas ditangannya – kanan atau kiri saya lupa –
Saat itu dalam sebuah pagi seperti biasa kami maasuk kelas jam tujuh, saat itu seperti biasa juga Bu mas’adah (wali kelas kami) memberikan pelajaran. Namun kawan ada yang tak biasa dalam pagi itu, ketika wali kelas kami sedang keluar meninggalkan kami yang sedang mencatat sebuah tulisan, tiba-tiba terjadi pertengkaran sengit antara ali dan anto, entah dimulai darimana tiba2 keduanya saling cekcok takjelas membuat seisi kelas menjadi ricuh dan tak terkendali, pertengkaranpun berlanjut bukan sekedar adu mulut dari dua makhluk itu, anto berusaha menyerang dengan melayangkan pukulan khasnya ke arah muka ali yang sangar itu, namun ali dengan sigap mengeluarkan senjata khasnya yakni ”Pulpen”, akhirnya pucuk pulpen itu ia tancapkan ke kepala anto, anak2 yang saat itu berusaha melerai mereka berdua pun kewalahan, pertumpahan darahpun tak terelakkan. Tetapi dengan sigapnya anak2 termasuk aku berhasil melrai mereka berdua. Kepala anto yang sedikit poal itu mengeluarkan darah, anehnya anto yang saat itu seharusnya menjadi korban justru tidak menangis sedikitpun, namun justru ali yang tidak terluka sedikitpun menangis berkoar-koar tak terkendalikan. ketika bu mas’adah masuk dan terheran2 dengan kegaduhan yang ada dikelasnya, dilihatnya kepala anto yang penuh darah dan ali yang menangis tersedu2 membuatnya memberanikan bertanya kepada anak2 perihal apa yang sebenarnya terjadi tentunya dengan nada yang agak jengkel. Anak2 semuanya diam membisu. Tanpa pikir panjang sang buguru pun menggelandang mereka berdua ke kantor guru untuk segera diadili.
Kejadian itu membuat saya ingin sekali menemui mereka berdua yang saat ini mungkin sudah lupa dengan peristiwa yang melibatkan mereka berdua.
Ali apa kabar ente? aku dengar sekarang kau sudah menjadi owner sebuah perusahaan dilinggapura(PT.Motul)...
Anto apa kabar juga ente? aku dengar sekarang ente sudh jadi petinggi di sebuah perusahaan kofeksi di jakarta...
n apa kabar juga teman2 SD q...aku dengar kalian sudah menjelajahi samudra dan pulau2 dinegeri ini....

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More