![]() |
ilustrasi/ Sumber Gambar: http://www.sindotrijaya.com/news/detail/3723/kurikulum-2013-akan-terus-di-evaluasi#.UZh7gUrAGSo |
SEMARANG, Materi yang berkaitan dengan Sastra Bahasa Indonesia dalam Kurikulum 2013 masih perlu banyak dibenahi. Pasalnya banyak materi tentang sastra indonesia dalam kurikulum 2013 ini yang masih tumpang tindih dan bahkan ada pula yang dihilangkan.
Demikian ungkap Dr Teguh Supriyanto M Hum, Dosen Fakultas Bahasa dan Sastra Universitas Negeri Semarang (Unnes) dalam Seminar nasional bertajuk 'Peran Guru Bahasa Indonesia untuk mengoptimalkan potensi peserta didik dalam Kurikulum 2013' yang digelar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Unissula, Sabtu (18/5).
“Banyak topik-topik yang justru mengandung nilai-nilai karakter itu dihilangkan, seperti di tingkat sekolah dasar. Mestinya anak-anak dilatih untuk banyak membaca seperti membaca cerita, meskipun masih tahap pengenalan, tetapi dengan begitu mereka akan memperoleh hal-hal yang berguna,” kata Teguh.
Selain itu, lanjut teguh, materi Sastra Indonesia ditingkat SMA juga tidak hanya mempelajari sastra yang kuno, tetapi juga materi sastra kontemporer yang saat ini biasa dinikmati oleh kalangan remaja.
“Harus banyak efek novel yang kekinian, tidak hanya yang kuno, itu lebih penting dan lebih kontekstual. Karena novel itu mencerminkan semangat zaman. Jadi ketika novel itu di terbitkan pada saat zaman sekarang, itu menjadi nyambung ketika dipelajari di sekolah-sekolah,” pungkasnya.
Sedangkan dalam Kurikulum 2013 ini, terkesan banyak yang tidak efektif seperti materi tentang anekdot yang dipelajari selama satu tahun di kelas satu SD.
“Masa mau belajar anekdot saja satu tahun, dari mulai mengenal, menghayati dan menggali nilai-nilai anekdot dan dan juga membandingkan, ini kan nggak efektif,” katanya.
Dirinya juga tidak memungkiri kalau target dari Kurikulum 2013 ini memang bagus karena mengandung nilai-nilai yang baik yang bisa membentuk karakter peserta didik.
Meski Begitu, dia berharap, peran Guru Sastra harus maksimal, harus bisa menjadi teladan siswanya, dan harus memiliki pengetahuan yang memadai. Tidak hanya teori dan konsep, tetapi juga pengetahuan umum.
Demikian ungkap Dr Teguh Supriyanto M Hum, Dosen Fakultas Bahasa dan Sastra Universitas Negeri Semarang (Unnes) dalam Seminar nasional bertajuk 'Peran Guru Bahasa Indonesia untuk mengoptimalkan potensi peserta didik dalam Kurikulum 2013' yang digelar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Unissula, Sabtu (18/5).
“Banyak topik-topik yang justru mengandung nilai-nilai karakter itu dihilangkan, seperti di tingkat sekolah dasar. Mestinya anak-anak dilatih untuk banyak membaca seperti membaca cerita, meskipun masih tahap pengenalan, tetapi dengan begitu mereka akan memperoleh hal-hal yang berguna,” kata Teguh.
Selain itu, lanjut teguh, materi Sastra Indonesia ditingkat SMA juga tidak hanya mempelajari sastra yang kuno, tetapi juga materi sastra kontemporer yang saat ini biasa dinikmati oleh kalangan remaja.
“Harus banyak efek novel yang kekinian, tidak hanya yang kuno, itu lebih penting dan lebih kontekstual. Karena novel itu mencerminkan semangat zaman. Jadi ketika novel itu di terbitkan pada saat zaman sekarang, itu menjadi nyambung ketika dipelajari di sekolah-sekolah,” pungkasnya.
Sedangkan dalam Kurikulum 2013 ini, terkesan banyak yang tidak efektif seperti materi tentang anekdot yang dipelajari selama satu tahun di kelas satu SD.
“Masa mau belajar anekdot saja satu tahun, dari mulai mengenal, menghayati dan menggali nilai-nilai anekdot dan dan juga membandingkan, ini kan nggak efektif,” katanya.
Dirinya juga tidak memungkiri kalau target dari Kurikulum 2013 ini memang bagus karena mengandung nilai-nilai yang baik yang bisa membentuk karakter peserta didik.
Meski Begitu, dia berharap, peran Guru Sastra harus maksimal, harus bisa menjadi teladan siswanya, dan harus memiliki pengetahuan yang memadai. Tidak hanya teori dan konsep, tetapi juga pengetahuan umum.
0 komentar:
Post a Comment
Komenter Anda